Penulis: Ruri Nurulia
AKTIVITAS seks merupakan suatu pengalaman yang memuaskan yang dapat memperkuat hubungan dengan pasangan. Selain sensasi kebahagiaan dan kenikmatan yang melimpah, seksualitas juga bisa memunculkan dampak yang kadang dianggap aneh, tetapi pada kenyataannya adalah hal yang lumrah. Beberapa dampak ini mungkin telah Anda alami. Namun, jangan khawatir, karena gejala-gejala ini adalah hal-hal yang alami terjadi, meskipun Anda mungkin pernah bertanya-tanya mengenai mereka.
Berikut adalah beberapa efek samping yang dialami oleh wanita selama atau setelah berhubungan seks. Meskipun beberapa di antaranya terlihat aneh, namun sebenarnya adalah hal yang wajar.
- Suara Angin Keluar dari Vagina
- Mungkin banyak wanita pernah mengalami situasi ini, yaitu ketika vagina mengeluarkan suara mirip kentut saat berhubungan seks. Istilah medisnya adalah queefing. Dokter Fiona Amelia, seorang pakar kesehatan seksual, menjelaskan bahwa kondisi ini adalah hal yang biasa terjadi. “Fenomena ini terjadi ketika udara banyak masuk ke dalam vagina selama berhubungan intim,” ungkap Dr. Fiona. Berbeda dengan gas usus, udara yang keluar dari vagina tidak berbau karena tidak mengandung sisa-sisa makanan atau bakteri usus. Jika Anda merasa ini mengganggu, Anda dapat mencoba mengubah posisi seks sehingga penis tidak perlu masuk dan keluar dari vagina terlalu sering.
- Kelelahan Tubuh yang Seketika
- Mungkin Anda pernah merasa sangat lelah setelah berhubungan intim, bahkan jika hanya dalam satu sesi. Menurut Erin Basler-Francis dari The Center of Sexual Pleasure and Health, selama gairah seksual berlangsung, otak akan menghasilkan zat kimia yang dapat meredakan stres, membuat tubuh rileks, dan pada akhirnya menyebabkan kantuk. Dua zat kimia yang bertanggung jawab atas rasa lelah ini adalah vasopresin, yang memicu perasaan senang setelah orgasme dan mengurangi stres, serta prolaktin, yang menciptakan periode refraktori (sebuah periode singkat ketika Anda tidak dapat mencapai orgasme lagi) dan rasa kantuk.
- Infeksi Saluran Kemih
- Infeksi saluran kemih adalah salah satu efek samping yang sering terjadi pada wanita setelah berhubungan seks. Ini disebabkan oleh adanya gesekan selama hubungan seksual yang memudahkan bakteri masuk ke dalam kandung kemih melalui uretra. Dr. Fiona menekankan bahwa infeksi ini bisa terjadi kapan saja setelah berhubungan intim dan gejala khasnya termasuk nyeri saat buang air kecil, sensasi tidak tuntas, nyeri perut bagian bawah, dan demam. Untuk menghindari infeksi saluran kemih, Anda dapat melakukan tindakan seperti melakukan pemanasan yang cukup, menghindari penggunaan spermisida atau diafragma sebagai alat kontrasepsi, serta buang air kecil setelah berhubungan seks dan minum cukup air putih untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
- Produksi Cairan Vagina yang Berlebihan
- Squirting atau ejakulasi pada wanita adalah suatu dampak alami dari aktivitas seks dan tidak perlu dikhawatirkan. Menurut penelitian dalam jurnal “Journal of Sexual Medicine” tahun 2007, ejakulasi wanita adalah keluarnya sejumlah kecil cairan yang mirip keputihan sebelum mencapai klimaks dan memiliki karakteristik mirip dengan plasma prostat. Sebuah penelitian lain di jurnal yang sama pada tahun 2015 menemukan bahwa cairan yang keluar sebagian besar terdiri dari plasma prostat, meskipun mengandung sebagian kecil urine.
- Nyeri selama Seks
- Penelitian dalam “Journal of Sexual Medicine” tahun 2015 menemukan bahwa sekitar 30 persen wanita mengalami nyeri selama berhubungan seks vaginal. Kebanyakan perempuan merasa ketidaknyamanan ini di daerah vagina atau di sekitar pintu masuk vagina. Nyeri ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kurangnya pelumasan vagina hingga teknik penetrasi yang digunakan. Jika nyeri bukan disebabkan oleh kondisi medis seperti infeksi ragi atau vulvodinia, Anda bisa mengatasinya dengan berhenti sejenak, berkomunikasi dengan pasangan, menggunakan pelumas berbasis air, atau mencoba posisi yang berbeda.
Semua efek samping seksual yang mungkin pernah Anda alami, meskipun terkadang aneh, sebagian besar adalah hal yang normal. Namun, jika Anda merasa khawatir atau mengalami ketidaknyamanan yang signifikan, penting untuk berbicara dengan pasangan Anda dan berkonsultasi dengan seorang dokter untuk evaluasi lebih lanjut.**(Sumber: KlikDokter/bp/jit)