“Saya sadar kita masih lemah riset yang lebih makro karena itu belum bisa memberikan impact signikan makanya peran kita dalam konteks nasional belum signifikan sehingga wajar PEI didominasi kalangan akademisi, ” katanya.
Atas persoalan tersebut, Yassierli meminta PEI membentuk tim agar dapat merespon persoalan lemahnya riset secara makro. “Kemnaker akan menyiapkan counterpart (rekanan), termasuk anggaran dan seterusnya bagaimana PEI dapat menyelesaikan permasalahan terkait produktivitas, ” ujarnya.
Ketua Umum PEI Johanna Renny Oktaviani menegaskan Kemnaker dan PEI memiliki tekad dan semangat yang sama menjadikan Indonesia sebagai negara Ergonomis. “Seminar ini sebagai salah satu program kerja PEI untuk mewujudkan komunitas Ergonomi Indonesia yang visioner, inklusif dan berbasis pembangunan berkelanjutan, ” katanya.
Sementara Plt. Dirjen Binwasnaker & K3 Kemnaker Fahrurozi mengatakan kegiatan seminar diikuti oleh 150 peserta berasal dari Anggota Penguji K3 dan Pengawas K3 di lingkungan Ditjen Binwasnaker & K3, UPTP, UPTD Balai K3, praktisi K3 dari berbagai sektor serta akademisi.(nor)