KOTA BANDUNG, PRIPOS.ID — Dalam rangka menyusun arah strategis masa depan, Universitas Islam Bandung (Unisba) mengadakan High Level Meeting bertema “Harapan Stakeholders terhadap Unisba” sebagai bagian penting dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) 2025–2029. Forum strategis ini berlangsung secara hybrid—berlangsung langsung di Ruang Rapat Gedung LPPM Unisba dan juga secara daring melalui Zoom Meeting pada Rabu (4/6).
Kegiatan ini menghadirkan berbagai tokoh penting sebagai perwakilan eksternal, di antaranya Ketua LLDIKTI Wilayah IV Jawa Barat dan Banten, Dr. Lukman, S.T., M.Hum., Ketua Kadin Jawa Barat Agung Suryamal Sutisna, perwakilan Bappeda Hafizh Nazhar Pahlevi, S.T., M.M., dan Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dr. H. Purwanto, S.Pd., M.Pd. Dari pihak internal Unisba, turut hadir para dekan, ketua lembaga dan badan, ketua program studi, serta tim penyusun Renstra.
Rektor Unisba, Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H., dalam sambutannya menekankan pentingnya dokumen Renstra sebagai peta jalan institusi. “Renstra adalah panduan utama dalam menetapkan kebijakan, mengelola sumber daya, serta menjadi alat evaluasi kinerja kelembagaan,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa dokumen ini harus menjadi media komunikasi aktif antara Unisba dan seluruh stakeholder, dan bukan sekadar hasil perumusan sepihak. “Tidak boleh ada kebijakan yang hanya didasarkan pada ambisi pribadi,” tegasnya.
Wakil Rektor II Unisba, Prof. Dr. Atih Rohaeti Dariah, S.E., M.Si., menjelaskan bahwa penyusunan Renstra kali ini dilandasi oleh evaluasi mendalam terhadap capaian Renstra 2021–2025 serta peninjauan terhadap Rencana Induk Pengembangan (RIP) 2017–2033. Ia menyebutkan bahwa penyusunan ini berada pada fase ketiga dari roadmap RIP, yakni fase peningkatan reputasi dengan penekanan pada prestasi akademik dan non-akademik yang konsisten dengan nilai-nilai keislaman.
“Fokus strategi kami adalah Transformasi Unisba yang Berdampak dan Berkelanjutan, yang menekankan penguatan tata kelola, kemampuan beradaptasi, inovasi, serta internalisasi nilai-nilai Islam,” ungkap Atih. Visi ini diperkuat oleh arah baru kepemimpinan rektor dengan tagline “IMAN” (Islamic Spirit, Maintaining Sustainability, Adaptability, National & Global Excellence), serta ditopang oleh analisis TOWS yang memetakan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan ke depan.
Sebagai pembicara utama, Direktur Belmawa Kemendikbudristek, Dr. Berry Juliandi, S.Si., M.Si., mengapresiasi penyelenggaraan forum ini sebagai langkah cerdas dalam membangun universitas yang berdampak. Ia mengajak Unisba untuk menjadikan forum ini sebagai landasan kolaborasi strategis yang lebih konkret dan luas. “Mari bangun Unisba sebagai kampus yang memberikan dampak nyata, tidak hanya kepada mahasiswa tetapi juga kepada masyarakat dan bangsa,” ujarnya penuh semangat.
Berry juga menegaskan pentingnya integrasi antara arah kebijakan institusi dengan kebutuhan nyata masyarakat dan dunia usaha, tanpa melupakan karakter Unisba sebagai kampus yang menjunjung nilai-nilai keislaman.
Forum ini juga menjadi momentum penting untuk menggali masukan dari para pemangku kepentingan demi mempertajam substansi Renstra, merumuskan indikator kinerja utama (IKU) dan tambahan (IKP), serta menyusun program strategis selama empat tahun mendatang. Prof. Atih menambahkan, peran aktif para dekan dan pimpinan fakultas menjadi krusial dalam menerjemahkan rumusan tersebut ke dalam program kerja dan anggaran tahun 2025.
“Renstra bukan hanya sekumpulan dokumen. Ia adalah kompas yang menuntun seluruh gerak langkah sivitas akademika. Dengan masukan dari stakeholder, kami berharap Renstra ini menjadi lebih tajam, relevan, dan bisa dijalankan secara nyata,” tutup Atih.(ask/png)