Namun, kegalauan spiritual itu berakhir pada momen hidayah yang tak terduga. Martono menyaksikan istrinya, Agnes, tersungkur sujud dan menangis tersedu di lantai tiga rumah mereka, tertutup jaket besar. Sejak saat itu, Agnes berikrar masuk Islam.
Keputusan ini sempat memicu ketegangan rumah tangga. Sang suami mempertanyakan keimanan istrinya. Namun, dengan tegas Agnes menjawab, “Jika Bapak kecewa dengan keputusan Ibu masuk Islam, silakan ceraikan Ibu. Modal Ibu adalah mengajar Iqro.” Mereka kemudian saling berdebat siapa yang masuk Islam duluan karena sang ayah merasa sudah mengislamkan Rio.
Amanat Rio: Haji dan Wakaf Pendidikan
Kisah spiritual ini diperkuat dengan bukti nyata pengorbanan. Setelah Rio meninggal, uang duka yang terkumpul ternyata berjumlah persis cukup untuk memberangkatkan haji. Keluarga tersebut menafsirkan bahwa amanat Rio untuk memberikan “mobil” dan “rumah” kepada pembantu (Bi Ti) adalah sebuah isyarat simbolis: “Mobil adalah perjalanan (Haji)” dan “Rumah adalah Baitullah.”
