Di tengah kemajuan teknologi seperti AI, menurutnya kemampuan komunikasi tetap penting karena menyampaikan pesan secara bermakna tidak bisa sepenuhnya digantikan mesin, terutama dalam konteks internasional. Ia juga menyoroti pentingnya karakter peduli terhadap persoalan sosial seperti ketidakadilan dan ketimpangan. Dengan sensitivitas terhadap isu-isu sosial, mahasiswa akan tumbuh menjadi pribadi yang responsif dan kontributif terhadap lingkungannya.
Anies menutup dengan mengingatkan bahwa kegagalan umat Islam seringkali bukan karena tidak mampu, melainkan karena terlambat membaca dan mengantisipasi perubahan zaman. Ketika kalah muncul rasa marah, dan ketika marah diberi dalil maka dalil dijadikan pembenaran. Oleh karena itu, civitas akademika Unisba diajak untuk bergerak lebih cepat, membaca zaman, dan terus memperbarui diri. Semangat pejuang, pembelajar, dan pembaharu yang menjadi dasar pendirian Unisba harus tetap menyala dalam menghadapi masa depan.(ask/png)